Lancang adalah sebuah perahu dengan ukuran yang berbeda-beda, karena ada
yang kecil dan ada pula yang besar, yang jelas lancang adalah alat perhubungan
air pada masa lalu. Dalam masyarakat Riau lebih dikenal dengan lancang kuning
yang merupakan suatu lambang kebesaran daerah Riau karena itu lancang kuning
ditetapkan menjadi lambang dan nyanyi daerah Riau.
Adapun cerita lancang kuning adalah berasal dari sebuah kerajaan yang
terdapat di bukit batu. Wilayah kabupatin bengkalis. Kerajaan ini di perintah
oleh raja yang bernama datuk laksmana perkasa alim serta dibantu dua orang
panglima yaitu panglima umar dan panglima hasan. Panglima umar adalah seorang
panglima yang dipercayai datuk laksmana perkasa untuk menyelesaikan sesuatu
jika terjadi persoalaan dalam kerajaan. Umpamanya jika terjadi perampokan di
perairan, setiap tugas dapat diselesaikan dengan baik.
Pada suatu hari panglima umar menghadap datuk laksmana perkasa untuk
menyampaikan hasrat hati yaitu untuk mempersunting zubaidah, seorang gadis
negeri itu. Permohonan umar disambu dengan baik oleh datuk laksmana, dengan
persetujuan datuk laksmana dilangsungkan pernikahan dan tanda kegembiraan
diadakan pesta dan keramaian besar-besaran.
Rupanya keparcayaan yang diberikan dan perkawinan panglima umar dengan
zubaidah menimbulkan rasa tidak senang bagi panglima hasan, timbul dendam. Hal
ini timbul dikarenakan rupanya panglima hasan juga simpati dan mencintai
zubaidah itu. Rupanya apa yang diinginkan itu telah di dahului panglima umar.
Untuk melepaskan rasa sakit hati panglima hasan mencari akal bagaimana agar
zubaidah dapat dimilikinya, maka dengan akal busuknya panglima hasan menyuruh
bomo menyampaikan kepada datuk laksmana bahwa dia bermimpi agar datuk laksmana
membuat lancang kuning untuk mengamankan semua perairan dari lanun. Apa yang
disampaikan pawang bomo diterima oleh datuk laksmana, sehingga lancang kuning
dikerjakan siang malam setelah lancang kuning hampir selesai tersebar berita
bahwa bathin sanggoro telah melarang para nelayan bukit batu untuk mencari ikan
di tanjung jati.
Dengan adanya berita ini datuk laksmana memerintahkan agar panglima umar
berangkat dan menemui bathin sanggoro, sungguh berat hati panglima umar untuk
berangkat karena istrinya sedang hamil tua dan tak lama lagi ia akan
melahirkan, tapi karena tugas yang sangat penting, semua perasaan itu ditahan,
demi kerajaan yang tercinta.
Setelah berlayar beberapa hari sampailah panglima umar kepada bathin
sanggoro dan di ceritakan semua berita yang tersebar di bukit batu. Mendengar
cerita itu bathin sangoro terkejut, karena selama ini dia tidak pernah melarang
nelayan bukit batu menangkap ikan di tanjung jati. Mendengar cerita bathin
sanggoro panglima umar termenung dan berfikir, apakah karangan yang terjadi di
balik peristiwa ini? Melihat keadaan ini lalu bathin sanggoro menganjurkan agar
berita ini diselidiki dari mana asal muasalnya, dan di selidiki sewaktu
perjalanan pulang.
Rupanya apa yang disampaikan bathin sanggoro dituruti panglima umar,
sewaktu perjalanan pulang panglima berkeliling, guna mencari siapa yang membuat
berita ini, sehingga tidak dirasakannya bahwa perjalanannya sudah satu bulan.
Malam ini tepat lima belas hari bulan purnama. Malam itu lancang kuning
akan diluncurkan ke laut. Dibalai-balai telah banyak pemuka kerajaan dan
penduduk negeri untuk menyaksikan peluncuran lancang kuning tersebut.
Bermacam-macam hiburan rakyat dipertunjukkan. Semua penduduk negeri bergembira
terkecualai zubaidah, karena suaminya panglima umar sudah satu bulan pergi dan
sampai saat ini belum juga kembali dan karena itu ia tidak pergi menghadari
acara peluncuran lancang kuning kelautan pada malam itu.
Setelah semua keparluan peluncuran lancang kuning di siapkan pawang domo
memberikan petunjuk kepada datuk laksmana.acara peluncuran di mulai dengan
tepung tawar pada dinding lancang kuning, kemudian di lanjutkan panglima hasan
dan pemuka masyarakat lainnya. Selesai tepung tawar di lanjutkan dengan
pengasapan dan baru lah semua yang hadir diperintahkan supaya
berdiri disamping lancang kuning dan semua bunyi-bunyian di bunyikan
dan semua yang telah memegang lancang kuning mendorong, tetapi alangkah
anehnya, lancang kuning tersebut tidak bergerak sedikit pun hal ini dikerjakan
berulang-ulang bahkan tenaga sudah di tambah, namun lancang kuning tidak juga
bergerak. Hadirin yang hadir merasa heran dan bertanya-tanya, muka pawang domo
merah padam.
Pawang domo segera bersembah kepada datuk laksmana dan berkata: ampunkan
tuan ku yang mulia! Rupanya lancang kuning tidak bisa di luncurkan jika. . . .
jika apa wak domo ? kata datuk laksmana, katakan lah! Jika lancang kunning
ingin juga di luncurkan harus ada korban. Korban berapa ekor kerbau yang di
perlukan wak domo? Tuan ku yang mulia, bukan kerbau. Wak domo menghampiri datuk
laksmana dan membisikkan bahwa kurban yang di perlukan adalah perempuan hamil
sulung datuk laksmana tertunduk dan termenung serta berkata kepada pawang domo
bahwa agar perluncuran lancang kuning di undurkan saja.
Setelah sebagian orang pulang, panglima hasan pergi kerumah zubaidah dan di
dapatinya zubaidah sedang duduk termenung. Zubaidah terkejutdengan kedatangan
panglima hasan sambil berkata: mengapa lagi kau kesini panglima hasan? Berkata
panglima hasan: zubaidah apa lagi yang kau tunggu zubaidah? Suami mu tidak akan
kembali lagi, kerena itu biar akau yang menjadi ayah anak mu itu! Apa kata mu
panglima pengkhianat ? biar saya mati dari pada saya bersuamikan kamu! Apa ?
jawab panglima hasan. Jika kamu masih menolak permintaan ku, kamu akan saya
jadikan gilingan lancang kuning yang akan di luncuran kelaut.
Karena zubaidah tetp menolak permintaan pangliama hasan, maka zubaidah di
tarik dan matanya di tutup dengan di bantu oleh pengawalnya, setelah sampai di
lancang kuning yang akan di luncurkan, panglima hasan mendorong tubuh zubaidah
kebawah lancang kunung dan ketika itu juga panglima hasan memerintahkan supaya
lancang kuning di dorong kelaut. Hanya di dorong oleh beberapa orang saja
lancang kuning itu meluncur dengan mulus.
Setelah lancang kuning sampai di laut tampaklah darah dan daging zubaidah
berserakan di tanah dan dan ketika itu turun lah hujan lebat petir dan angin
kencang serta bertepatan waktu itu panglima umar merapat ke pelabuhan bukit
batu.
Setelah perahu di tambatkan di pelabuhan panglima umar langsung kerumah
untuk melihat istri dan anaknya yang telah di tinggalkan selama sebulan, tapi
setelah sampai di rumah, rumahnya kosong, dipanggilnya zubaidah tetapi tidak
ada jawaban. Hati panglima sudah mulai gelisah, maka dia berangkat kepelabuhan,
di tengah jalan berpapasan dengan panglima hasan, langsung panglima umar
bertanya kepadanya, dimana gerangan istri ku, panglima hasan menceritakan,
istrinya zubaidah telah di jadikan gilingan lancang kuning oleh datuk laksmana.
Mendengar cerita panglima hasan tersebut panglima umar langsung pergi
ketempat peluncuran lancang kuning, di dapatinya darah berserakan alangkah
sedih hati panglima umar melihat tubuh istrinya itu, di sapunya darah yang ada
yang di tanah itu serta di usapkan ke muka serta berkata bahwa dia akan
membalas atas kematian istrinya itu kepada datuk laksmana, tetapi baru saja ia
berjalan di lihatnya datuk laksmana berjalan kearahnya.
Setelah mereka bertemu pangliama umar langsung menyerang datuk laksmana
dengan pedang yang panjang keperut datuk laksmana, tanpa ada pembicaraan
sedikit pun, akhirnya datuk laksmana mati ditangan panglima umar, ketika itu
juga datanglah pawang domo serta menceritakan segala kejadian yang sebenarnya,
bahwa yang menjadikan zubaidah untuk gilingan lancang kuning adalah panglima
hasan, tanpa mengulur waktu panglima umar pergi mencari panglima hasan.
Dari kejauhan panglima umar melihat panglima hasan sudah bersiap-siap untuk
melarikan diri menuju lancang kuning tapi belum sempat melepaskan talinya
panglima umar telah sampai, dengan pedang terhunus sambil berkata: nah. . .
malam ini. . . engkau atau aku akan mati. Dengan di saksikan penduduk mereka
berkelahi di atas lancang kuning. Dan akhirnya panglima hasan dapat di tikam
panglima umar dan matinya jatuh kelaut.
Waktu itu lah panglima umar melihat ke pantai dan berkata kepada orang yang
ada di pantai bahwa ia telah membunuh datuk laksmana karena perbuatan panglima
hasan dan panglima hasan pun sudah mati di tangannya, kerna itu ia akan pergi
dengan lancang kuning untuk selama-lamanya, dan ketika sampai di tanjung jati
datanglah ombak besar dan angin topan sehingga lancang kuning tersebut karam
dan ia bersama lancang kuning terkubur dalam laut tanjung jati serta kejayaan
kerajaan negeri bukit batu berangsur-angsur mundur dan akhirnya tinggal
setumpuk rumah saja lagi.
0 komentar:
Posting Komentar
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran anda sehingga, dapat membuat kami menjadi lebih baik dari sebelumnya.