Kamis, 29 November 2012

Mengenal Wireless


Mode Topologi wireless

Tidak seperti jaringan kabel biasa yang menggunakan topologi bus, star, maupun extened star, pada jaringan nirkabel pengkategorian topologi dibagi menjadi dua, yaitu :
  • Mode Ad-Hoc (gambar 2.1)
  • Mode Infrastructur (gambar 2.2)


Mode Ad-Hoc adalah jaringan nirkabel yang dibangun tanpa menggunakan Access Point. Jaringan ini hanya berisikan wireless station (STA) berupa laptop, netboolk, handphone maupun tablet. Jika jaringan ini yang dibangun maka topologi yang terbentuk adalah topologi mesh, dimana setiap STA akan membuat sebuah koneksi dengan STA lain. Topologi ini akan menurun kinerjanya seiring pertambahan STA, akibat banyak koneksi jaringan yang harus dibuat oleh setiap STA.

Gambar 2.1 Mode Ad-Hoc


Mode Infrastruktur adalah jaringan nirkabel yang menggunakan satu atau beberapa Access Point (AP). Access Point dapat dianalogikan sebagai Switch pada jaringan kabel biasa. Sehingga dengan adanya AP, maka lalu lintas data yang dikirim di udara akan lebih teratur.  AP akan mengatur STA mana yang boleh mengirimkan data dan mana yang tidak boleh mengirimkan data.

Gambar 2.2 Mode Infrastructure


Dalam pengiriman data, perangkat-perangkat jaringan wireless bekerja dengan mode half duplex. (bedakan mode jaringan dan mode pengiriman data!!!). Mode half duplex berarti dalam satu saat hanya boleh ada  STA yang mengirimkan data, dan STA tersebut juga tidak boleh menerima data pada saat yang bersamaan. Artinya, tidak boleh ada dua STA yang mengirimkan data secara bersamaan. Berbeda dengan jaringan kabel biasa yang dapat berkerja dengan mode full duplex (bisa mengirimkan dan menerima data secara bersamaan). Karena hanya bekerja pada mode half duplex, maka penambahan jumlah STA dalam sebuah jaringan wireless akan memperlambat proses pengiriman data, karena akan memperbesar waktu tunggu setiap STA untuk mengirimkan data. Perhatikan gambar 2.3, hanya boleh ada satu pengirman data (black arrow) dan tidak boleh ada pengiriman data dari STA lain (red arrow).

Gambar 2.3 Mode Half Duplex


Mode Infrastructure masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis, tergantung dari berapa jumlah AP dan bagaimana AP tersebut dihubungkan dengan jaringan kabel.


Mode Ad-Hoc sering disebut dengan Independet Basic Service Set (IBSS) Sedangkan jika menggunakan mode Infrastructure bagi topologi ini dibagi menjadi dua lagi yaitu :
  • Basic Service Set (BSS)
  • Extended Basic Service Set (EBSS)

Topology BSS adalah topologi jaringan nirkabel yang menggunakan satu buah Access Point (AP) yang bertindak sebagai Root AP atau Primary AP. Root AP adalah Access Point utama yang menghubungkan jaringan nirkabel dengan jaringan kabel. Gambaran topologi BSS dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut :

Gambar 3.1 BSS


Sedangkan topologi EBSS adalah topologi yang sudah menggunakan AP lebih dari satu. Penggunaan AP yang lebih dari satu ditujukan untuk memperluas area kerja atau jangkauan dari Root AP. Dalam EBSS bisa saja terdiri dari satu Root AP dan beberapa Repeater AP. Repeater AP berfungsi memperluas jangkauan dari Root AP dan Repeater AP merupakan AP yang tidak terhubung ke jaringan kabel, seperti terlihat pada gambar 3.2 :

Gambar 3.2 EBBS


Dalam EBSS juga bisa digunakan beberapa Root AP, dengan tujuan menjaga kestabilan konektifitas antara jaringan wireless dengan jaringan kabel. Contoh penggunaan beberapa Root AP dapat dilihat pada gambar 3.3


Gambar 3.3


Pada topologi yang ada pada gambar 3.2, jika Root AP mengalami kegagalan maka semua STA tidak dapat terhubung ke Internet, karena Internet hanya bisa diakses melalui jaringan kabel. Sedangkan pada gambar 3.3, bila sebuah Root AP mengalami kegagalan, maka STA masih akan dapat mengakses Internet karena Repeater AP masih dapat terhubung ke jaringan kabel Root AP yang masih berfungsi.

Perhatikan juga lingkaran yang menggambarkan jangkauan signal dari setiap AP. Menghitung area kerja atau jangkauan signal AP merupakan satu tahapan yang perlu dilakukan jika ingin membangun jaringan nirkabel. Jangakauan signal dari AP ini disebut dengan cell. Perhatikan juga bahwa adaoverlapping antar cell satu dengan lainya.


Mode Root
Ini adalah mode default dari AP, AP yang difungsikan sebagai root adalah AP yang terhubung ke jaringan kabel dan merupakan titik pusat utama dari jaringan nirkabel. Root AP memiliki beberapa client atau station. Konfigurasi dasar yang perlu dilakukan pada Root AP adalah SSID (Service Set Identifier), Channel dan Mode b/g/n).

Mode Repeater
Sebuah AP yang dikonfigurasikan sebagai repeater berfungsi untuk memperpanjang atau memperkuat area kerja dari AP Root. Repeater ini akan sangat tergantung dari Root. Repeater juga memiliki beberapa client layaknya Root AP. Sedangkan yang perlu dikonfigurasikan pada Repeater adalah SSID, Channel, Mode b/g/n, SSID dari Root AP atau MAC Address dari Root AP)

Mode Bridge
Access Point yang difungsikan sebagai bridge ditujukan untuk menghubungkan dua jaringan kabel, seperti terlihat pada gambar 3.1. Topologi yang terbentuk adalah topologi point to point. Bridge ini umumnya menggunakan antenna yang memancarkan signal ke arah tertentu saja (directional antenna), karena akan fokus untuk menghubungkan satu titik jaringan saja. Bridge tidak memiliki client atau STA, karena bridge tidak akan mengeluarkan SSID. Setiap Bridge hanya berhubungan dengan satu Bridge. Yang dikonfigurasikan pada Bridge adalah MAC Address dari remote Bridge yang ingin dihubungkan.

Gambar 3.1 Bridge


Terkadang sebuah bridge juga berfungsi sebagai Access Point yang memancarkan SSID, sehingga dapat memiliki wireless client yang terhubung dengannya. Contoh penerapan Access Point Bridge. Jika perangkat tersebut adalah Access Point Bridge, maka yang perlu dikonfigurasikan adalah SSID, Channel, Mode b/g/n serta MAC Address atau SSID dari Remote Bridge.

Client Mode
AP juga dapat berfungsi sebagai client atau STA, layaknya sebuah laptop atau Handphone. Jika sebuah AP difungsikan sebagai client, maka AP tersebut hanya akan menangkap signal yang dipancarkan oleh Root AP. Client juga tidak akan memancarkan SSID, sehingga Client tidak akan memiliki STA. Client hanya akan menghubungkan jaringan kabel dengan jaringan nirkabel dan topologi yang terbentuk adalah point to multi point, seperti pada gambar berikut 3.2. Yang perlu dikonfigurasikan pada Client adalah SSID yang dipancarkan dari Root AP, sehingga Client dapat terhubung (associate) dengan Root AP, kadang harus dilakukan SIte Survey untuk mencari SSID dari Root AP

Gambar 3.2


Perangkat wireless LAN (WLAN) bekerja dengan menggunakan gelombang elektromagnetik, sama seperti peralatan-peralatan radio lainnya. Karena bekerja dengan gelombang elektromagnetik, maka perangkat ini akan bekerja pada frekuensi tertentu. Karena akan digunakan oleh pengguna secara luas, maka frekuensi yang dipilih adalah frekuensi yang sudah digratiskan yaitu frekuensi 2,4 GHz dan 5 GHz.
Artikel ini akan membahas frekuensi 2,4 GHz yang merupakan frekuensi yang paling banyak digunakan oleh perangkat-perangat wireless saat ini. Ada beberapa perangkat yang sudah menggunakan frekuensi 5 GHz. Penggunaan frekuensi 5 GHz akan saya bahas pada artikel terpisah.
Sebenarnya frekuensi 2,4 GHz masih dibagi lagi menjadi beberapa frekuensi yang lebih spesifik. Frekuensi 2,4 GHz dibagi lagi menjadi beberapa channel, yang menentukan satuan terkecil dari frekuensi 2,4 GHz tadi. Berikut pembagian channel pada frekuensi 2,4 GHz :

Channel
Frekuensi (GHz)
1
2,412
2
2,417
3
2,422
4
2,427
5
2,432
6
2,437
7
2,442
8
2,447
9
2,452
10
2,457
11
2,462
12
2,467
13
2,472
14
2,484

Jika diperhatikan, antara satu channel dengan channel lainnya terpisah 0,005 GHz, kecuali antara channel 13 dan channel 14 yang terpisah 0,014 GHz.

Setiap channel memiliki rentang channel sebesar 22 MHz atau 0,022 GHz. Ini mengakibatkan signal dari sebuah channel masih akan dirasakan oleh channel lain yang bertetangga. Misalnya signal pada channel 1 masih akan terasa di channel 2, 3, 4 dan 5. Karena rentang frekuensi yang saling overlapping (menutupi) maka penggunaan channel yang berdekatan akan mengakibatkan gangguan interference.

Hal ini mirip yang terjadi pada pemancar Radio FM, suatu frekuensi station radio tidak boleh berdekatan dengan frekuensi station radio lain, karena siaran radio mereka akan saling mengganggu jika frekuensi yang mereka gunakan berdekatan.

Secara lengkap gambaran interference yang akan terjadi antar channel dapat dilihat pada gambar berikut :

Ethernet merupakan protocol atau aturan komunikasi yang digunakan pada jaringan lokal (LAN) saat ini, bahkan ethernet saat ini telah digunakan di WAN dengan menggunakan teknologi Metro Ethernet.

Ethernet merupakan jaringan yang dirancang dengan menggunakan prinsip shared media, yang artinya media jaringan (kabel) akan digunakan bersama-sama oleh komputer. Karena digunakan bersama-sama,  maka besar kemungkinan akan terjadi tabrakan (collision). Untuk menghindari terjadinya collision, maka pada jaringan ethernet digunakan mekanisme Carrier Sense Multiple Access/Collision Detection (CSMA/CD). Artikel ini akan membahas bagaimana mekanisme CSMA/CD bekerja pada jaringan Ethernet yang tentunya akan sangat berpengaruh pada performa jaringan. Artikel ini juga merupakan acuan jika kita akan mempelajari mekanisme lain, yaitu CSMA/CA, yang digunakan pada jaringan nirkabel (wireless).





Sebelum mempelajari CSMA/CD ada baiknya kita mengetahui lebih dahulu prinsip-prinsip dasar komunikasi komputer dalam jaringan ethernet.

  1. Sebuah komputer tidak akan mengetahui jika ada komputer lain yang akan mengirimkan data. Ini karena setiap komputer yang akan mengirimkan data tidak akan melakukan pemberitahuan terlebih dahulu.
  2. Sebuah komputer yang ingin mengirimkan data harus menunggu sampai media (kabel) tidak lagi digunakan oleh komputer lain yang sedang mengirimkan data.
  3. Jika media (kabel) sedang tidak digunakan (idle), maka bisa terjadi kemungkinan dua buah komputer akan mengirimkan data secara bersamaan.
  4. Tidak diizinkan ada dua buah komputer yang mengirimkan data secara bersamaan, karena penerima data akan sulit menerima data yang dikirim. Dua komputer yang melakukan pengiriman secara bersamaan akan mengakibatkan collision data, dan data yang mengalami collision akan menjadi rusak.
Setelah mengetahui prinsip-prinsip komunikasi dalam jaringan ethernet, marilah kita lebih jauh mengetahui mekanisme CSMA/CD.

Carrier Sense
Setiap komputer yang dalam jaringan ethernet harus selalu mengamati (listening) keadaan media sebelum melakukan pengiriman data. Jika komputer tersebut melihat ada komputer lain yang sedang menggunakan media, maka "niat" untuk mengirimkan data harus ditunda dalam selang waktu tertentu, untuk kemudian dicoba kembali mengirimkan data. 


Jika media tidak lagi digunakan oleh komputer lain, maka komputer tadi barulah mengirimkan datanya. Selama proses pengiriman berlangsung, komputer tadi harus tetap dalam posisi “listening” untuk menjaga-jaga jikalau nanti terjadi tabrakan data. Setelah proses pengiriman data selesai, komputer tadi akan kembali pada listening mode (mengamati kembali media jaringan).

Multiple Access
Dalam shared media seperti ini, bisa terjadi kemungkinan ada dua komputer yang mengirimkan data secara bersamaan. Umumnya terjadi jika jarak antara kedua komputer berjauhan, sehingga tidak dapat secara cepat mendeteksi jika ada komputer lain yang juga sedang mengirimkan data. Jika ini yang terjadi, data yang sudah menjadi signal tersebut akan terus mengalir dalam media dan akan mengalami tabrakan (collision)dengan signal lainnya. Signal yang sudah mengalami tabrakan akan mengalami kerusakan sehingga tidak dapat lagi dibaca oleh komputer penerima.

Collision Detection
Jika terjadi tabrakan (collision) maka amplitudo dari signal yang ada dimedia akan naik (singkatnya tegangan listrik akan naik). Komputer-komputer yang ada dalam posisi listening mode akan mudah mengetahui peningkatan tegangan ini, yang juga menandakan bahwa sedang terjadi tabrakan. Setelah collision terdeteksi, maka komputer-komputer yang melakukan pengiriman data tadi akan terus melakukan pengiriman (memaksa pengiriman walaupun sudah terjadi tabrakan). Ini dimaksudkan untuk benar-benar memastikan bahwa seluruh penghuni jaringan mengetahui bahwa tabrakan sedang terjadi.

Jam Signal dan Random Backoff
Setelah komputer yang melakukan pengiriman data mendeteksi terjadinya tabrakan, maka komputer-komputer tersebut akan mengeluarkan “jam signal”. Jam signal ini sebenarnya bertujuan memberitahukan kepada komputer lawan untuk menjalankan “backoff algorithm”. Backoff algorithm akan mengakibatkan komputer-komputer yang melakukan tabrakan untuk menghentikan pengiriman data dan mengeset sebuah timer (acak). Penghentian pengiriman data bagi kedua komputer akan mengakibatkan hilangnya tabrakan.

Setelah timer pada masing-masing komputer habis, maka kedua bisa kembali melakukan pengiriman data. Pada gambar terlihat komputer A mengeset timer sebesar 10 ms dan komputer C sebesar 15 ms. Ini menggambarkan setelah tabrakan terjadi, maka yang akan mengirimkan data terlebih dahulu adalah komputer A. Dalam waktu tunggu sekitar 10 ms tadi, (sebelum komputer A mengirimkan data) bisa saja digunakan oleh komputer B atau D untuk mengirimkan data.


Pembahasan mengenai CSMA/CD akan sangat menarik jika kita implementasikan dalam jaringan yang menggunakan HUB dan Switch. Juga akan terasa perbedaannya jika kita melihat CSMA/CA (Collision Avoidance) yang digunakan di jaringan nirkabel.


Mengenal Jaringan Komputer


Alasan utama memisahkan MAN sebagai kategori khusus adalah telah ditentukannya standart untuk MAN, dan standart ini sekarang sedang diimplementasikan. Standart tersebut disebut DQDB (Distributed Queue Dual Bus) atau 802.6 menurut standart IEEE. DQDB terdiri dari dua buah kabel  unidirectional dimana semua komputer dihubungkan, seperti ditunjukkan pada gambar 1.2. Setiap bus mempunyai sebuah head–end, perangkat untuk memulai aktivitas transmisi. Lalulintas yang menuju komputer yang berada di sebelah kanan pengirim menggunakan bus bagian atas. Lalulintas ke arah kiri menggunakan bus yang berada di bawah.

Kita akan mengikuti penggunaan tradisional dan menyebut mesin-mesin ini sebagai host. Istilah End System kadang-kadang juga digunakan  dalam literatur. Host dihubungkan dengan sebuah subnet komunikasi, atau cukup disebut subnet. Tugas subnet adalah membawa pesan dari host ke host lainnya, seperti halnya sistem telepon yang membawa isi pembicaraan dari pembicara ke pendengar. Dengan memisahkan aspek komunikasi murni sebuah jaringan (subnet) dari aspek-aspek aplikasi (host), rancangan jaringan lengkap menjadi jauh lebih sederhana.


Pada sebagian besar WAN, subnet terdiri dari dua komponen, yaitu kabel transmisi dan elemen switching. Kabel transmisi (disebut  juga sirkuit, channel, atau trunk) memindahkan  bit-bit dari satu mesin ke mesin lainnya.

Element switching adalah komputer khusus yang dipakai untuk menghubungkan dua kabel transmisi atau lebih. Saat data sampai ke kabel penerima, element switching harus memilih kabel pengirim untuk meneruskan pesan-pesan tersebut. Sayangnya tidak ada terminologi standart dalam menamakan komputer seperti  ini. Namanya sangat bervariasi disebut paket switching node, intermidiate system, data switching exchange dan sebagainya. 

Secara umum jaringan komputer dapat dibedekan lima jenis yang terdiri dari :


Local Area Network (LAN) merupakan jaringan milik pribadi di dalam sebuah gedung atau kampus yang berukuran sampai beberapa kilometer.
LAN seringkali digunakan untuk menghubungkan komputer-komputer pribadi dan workstation dalam kantor perusahaan atau pabrik-pabrik untuk memakai bersama resource (misalnya, printer, scanner) dan saling bertukar informasi. LAN dapat dibedakan dari jenis jaringan lainnya berdasarkan tiga karakteristik: ukuran, teknologi transmisi dan topologinya.

LAN mempunyai ukuran yang terbatas, yang berarti bahwa waktu transmisi pada keadaan terburuknya terbatas dan dapat diketahui sebelumnya. Dengan mengetahui keterbatasnnya, menyebabkan adanya kemungkinan untuk menggunakan jenis desain tertentu. Hal ini juga memudahkan manajemen jaringan. 

LAN seringkali menggunakan teknologih transmisi kabel tunggal. LAN tradisional beroperasi pada kecepatan mulai 10 sampai 100 Mbps (mega bit/detik)  dengan delay rendah (puluhan mikro second) dan mempunyai faktor kesalahan yang kecil. LAN-LAN modern dapat beroperasi pada kecepatan yang lebih tinggi, sampai ratusan megabit/detik.


Metropolitan  Area Network (MAN) pada dasarnya merupakan versi LAN yang berukuran lebih besar dan biasanya memakai teknologi yang sama dengan LAN.  MAN dapat mencakup kantor-kantor perusahaan yang berdekatan dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi (swasta) atau umum. MAN biasanya mamapu menunjang data dan suara, dan bahkan dapat berhubungan dengan jaringan televisi kabel. MAN hanya memiliki sebuah atau dua buiah kabel dan tidak mempunyai elemen switching, yang berfungsi untuk mengatur paket melalui beberapa output kabel. Adanya elemen switching membuat rancangan  menjadi lebih sederhana.


Wide Area Network  (WAN) mencakup daerah geografis yang luas, sertingkali mencakup sebuah negara atau benua.  WAN terdiri dari kumpulan mesin yang bertujuan untuk mejalankan program-program aplikasi. 


Komputer mobile seperti komputer notebook dan personal digital assistant  (PDA), merupakan cabang industri komputer yang paling cepat pertumbuhannya. Banyak pemilik jenis komputer tersebut yang sebenarnya telah memiliki mesin-mesin desktop yang terpasang pada LAN atau WAN tetapi karena koneksi kabel tidaklah mungkin dibuat di dalam mobil atau pesawat terbang, maka banyak yang tertarik untuk memiliki komputer dengan jaringan tanpa kabel ini. 

Jaringan tanpa kabel mempunyai berbagai manfaat, yang telah umum dikenal adalah kantor portable. Orang yang sedang dalam perjalanan seringkali ingin menggunakan peralatan elektronik portable-nya untuk mengirim atau menerima telepon, fax, e-mail, membaca fail jarak jauh login ke mesin jarak jauh, dan sebagainya dan juga ingin melakukan hal-hal tersebut dimana saja, darat, laut, udara.


Sebenarnya terdapat banyak jaringan didunia ini, seringkali menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang berbeda-beda. Orang yang terhubung ke jaringan sering berharap untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain yang terhubung ke jaringan lainnya. Keinginan seperti ini memerlukan hubungan antar jaringan yang seringkali tidak kampatibel dan berbeda. Biasanya untuk melakukan hal ini diperlukan sebuah mesin yang disebut gateway guna melakukan hubungan dan melaksanakan terjemahan yang diperlukan, baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Kumpulan jaringan yang terinterkoneksi inilah yang disebut dengan internet.



Pengertian, Lapisan, Kelas serta Fungsi TCP/IP

A. Pengertian TCP/IP 

TCP/IP (singkatan dari Transmission Control Protocol/Internet Protocol) adalah standar komunikasi data yang digunakan oleh komunitas internet dalam proses tukar-menukar data dari satu komputer ke komputer lain di dalam jaringan Internet.

1. Bentuk Biner
Alamat IP merupakan bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda pemisah berupa tanda titik setiap 8 bitnya. Tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. Bentuk alamat IP adalah sebagai berikut :
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Setiap symbol “x” dapat digantikan oleh angka 0 dan 1, misalnya sebagai berikut :
11100011.00111001.11110001.00000001

2. Bentuk Dotted Desimal
Notasi alamat IP dengan bilangan biner seperti di atas tidaklah mudah dibaca. Untuk membuatnya lebih mudah dibaca & ditulis, alamat IP sering ditulis sebagai 4 bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan oleh sebuah titik. Format penulisan seperti ini disebut “dotted-decimal notation” (notasi desimal bertitik). Setiap bilangan desimal tersebut merupakan nilai dari satu oktet (delapan bit) alamat IP. 

B. Kelas-kelas  IP address 


Keterangan :
Kelas A : Menggunakan 7 bit alamat network dan 24 bit untuk alamat host. Dengan ini memungkinkan adanya 27-2 (126) jaringan dengan 224-2 (16777214) host, atau lebih dari 2 juta alamat.

  1. Format : 0nnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh hhhhhhhh
  2. Identifikasi : bit pertama 0
  3. Panjang NetID : 8 bit
  4. Panjang HostID : 24 bit
  5. Byte pertama : 0 – 127
  6. Jumlah jaringan : 126 kelas A (0 dan 127 dicadangkan)
  7. Range IP : 1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx
  8. Jumlah IP : 16.777.214 alamat IP pada setiap kelas A

Kelas B: Menggunakan 14 bit alamat network dan 16 bit untuk alamat host. Dengan ini memungkinka0n adanya 214-2 (16382) jaringan dengan 216-2 (65534) host, atau sekitar 1 juta alamat.

  1. Format : 0nnnnnnn nnnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh
  2. Identifikasi : 2 bit pertama 10
  3. Panjang NetID : 16 bit
  4. Panjang HostID : 16 bit
  5. Byte pertama : 128 – 191
  6. Jumlah jaringan : 16.384 kelas B
  7. Range IP : 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx
  8. Jumlah IP : 65.532 alamat IP pada setiap kelas B

Kelas C: Menggunakan 21 bit alamat network dan 8 bit untuk alamat host. Dengan ini memungkin adanya 221-2 (2097150) jaringan dengan 28-2 (254) host, atau sekitar setengah juta alamat.

  1. Format : 0nnnnnnn nnnnnnnn nnnnnnnn hhhhhhhh
  2. Identifikasi : 3 bit pertama bernilai 110
  3. Panjang NetID : 24 bit
  4. Panjang HostID : 8 bit
  5. Byte pertama : 192 – 223
  6. Jumlah jaringan : 2.097.152 kelas C
  7. Range IP : 192.0.0.xxx sampai 223.255.255.xxx
  8. Jumlah IP : 254 alamat IP pada setiap kelas C

Kelas D: Alamat ini digunakan untuk multicast

  1. Format : 1110mmmm mmmmmmmm mmmmmmmm mmmmmmmm
  2. Identifikasi : 4 bit pertama bernilai 1110
  3. Bit multicast : 28 bit
  4. Byte Inisial : 224 – 247 bit
  5. Deskripsi : Kelas D adalah ruang alamat multicast (RFC 1112)

Kelas E: Digunakan untuk selanjutnya.

  1. Format : 1111rrrr rrrrrrrr rrrrrrrr rrrrrrrr
  2. Identifikasi : 4 bit pertama 1111
  3. Bit cadangan : 28 bit
  4. Byte inisial : 248 –255
  5. Deskripsi :Kelas E adalah ruang alamat yang dicadangkan untuk keperluaan eksperimental

Kelas A
1–126
0xxx xxxx
Alamat unicast untuk jaringan skala besar


Kelas B
128–191
1xxx xxxx
Alamat unicast untuk jaringan skala menengah hingga skala besar


Kelas C
192–223
110x xxxx
Alamat unicast untuk jaringan skala kecil


Kelas D
224–239
1110 xxxx
Alamat multicast (bukan alamat unicast)


Kelas E
240–255
1111 xxxx
Direservasikan umumnya digunakan sebagai alamat percobaan (bukan alamat unicast).


Kelas A
Alamat-alamat kelas A diberikan untuk jaringan skala besar. Nomor urut bit tertinggi di dalam alamat IP kelas A selalu diset dengan nilai 0 (nol). Tujuh bit berikutnya—untuk melengkapi oktet pertama—akan membuat sebuah network identifier. 24 bit sisanya (atau tiga oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Ini mengizinkan kelas A memiliki hingga 126 jaringan, dan 16,777,214 host tiap jaringannya. Alamat dengan oktet awal 127 tidak diizinkan, karena digunakan untuk mekanisme Interprocess Communication (IPC) di dalam mesin yang bersangkutan.

Kelas B
Alamat-alamat kelas B dikhususkan untuk jaringan skala menengah hingga skala besar. Dua bit pertama di dalam oktet pertama alamat IP kelas B selalu diset ke bilangan biner 10. 14 bit berikutnya (untuk melengkapi dua oktet pertama), akan membuat sebuah network identifier. 16 bit sisanya (dua oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Kelas B dapat memiliki 16,384 network, dan 65,534 host untuk setiap network-nya.

Kelas C
Alamat IP kelas C digunakan untuk jaringan berskala kecil. Tiga bit pertama di dalam oktet pertama alamat kelas C selalu diset ke nilai biner 110. 21 bit selanjutnya (untuk melengkapi tiga oktet pertama) akan membentuk sebuah network identifier. 8 bit sisanya (sebagai oktet terakhir) akan merepresentasikan host identifier. Ini memungkinkan pembuatan total 2,097,152 buah network, dan 254 host untuk setiap network-nya.

Kelas D
Alamat IP kelas D disediakan hanya untuk alamat-alamat IP multicast, sehingga berbeda dengan tiga kelas di atas. Empat bit pertama di dalam IP kelas D selalu diset ke bilangan biner 1110. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host. Untuk lebih jelas mengenal alamat ini, lihat pada bagian Alamat Multicast IPv4.

Kelas E
Alamat IP kelas E disediakan sebagai alamat yang bersifat “eksperimental” atau percobaan dan dicadangkan untuk digunakan pada masa depan. Empat bit pertama selalu diset kepada bilangan biner 1111. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host.

  1. Kelas Alamat
  2. Nilai oktet pertama
  3. Bagian untuk Network Identifier
  4. Bagian untuk Host Identifier
  5. Jumlah jaringan maksimum
  6. Jumlah host dalam satu jaringan maksimum

Alamat IP versi 6
Alamat IP versi 6 (sering disebut sebagai alamat IPv6) adalah sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol IP versi 6. Panjang totalnya adalah 128-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 2128=3,4 x 1038 host komputer di seluruh dunia. Contoh alamat IP versi 6 adalah 21DA:00D3:0000:2F3B:02AA:00FF:FE28:9C5A.

Berbeda dengan IPv4 yang hanya memiliki panjang 32-bit (jumlah total alamat yang dapat dicapainya mencapai 4,294,967,296 alamat), alamat IPv6 memiliki panjang 128-bit. IPv4, meskipun total alamatnya mencapai 4 miliar, pada kenyataannya tidak sampai 4 miliar alamat, karena ada beberapa limitasi, sehingga implementasinya saat ini hanya mencapai beberapa ratus juta saja. IPv6, yang memiliki panjang 128-bit, memiliki total alamat yang mungkin hingga 2128=3,4 x 1038 alamat. Total alamat yang sangat besar ini bertujuan untuk menyediakan ruang alamat yang tidak akan habis (hingga beberapa masa ke depan), dan membentuk infrastruktur routing yang disusun secara hierarkis, sehingga mengurangi kompleksitas proses routing dan tabel routing.

Sama seperti halnya IPv4, IPv6 juga mengizinkan adanya DHCP Server sebagai pengatur alamat otomatis. Jika dalam IPv4 terdapat dynamic address dan static address, maka dalam IPv6, konfigurasi alamat dengan menggunakan DHCP Server dinamakan dengan stateful address configuration, sementara jika konfigurasi alamat IPv6 tanpa DHCP Server dinamakan dengan stateless address configuration.

Seperti halnya IPv4 yang menggunakan bit-bit pada tingkat tinggi (high-order bit) sebagai alamat jaringan sementara bit-bit pada tingkat rendah (low-order bit) sebagai alamat host, dalam IPv6 juga terjadi hal serupa. Dalam IPv6, bit-bit pada tingkat tinggi akan digunakan sebagai tanda pengenal jenis alamat IPv6, yang disebut dengan Format Prefix (FP). Dalam IPv6, tidak ada subnet mask, yang ada hanyalah Format Prefix.

Pengalamatan IPv6 didefinisikan dalam RFC 2373.
2.3.1Format Alamat
Dalam IPv6, alamat 128-bit akan dibagi ke dalam 8 blok berukuran 16-bit, yang dapat dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal berukuran 4-digit. Setiap blok bilangan heksadesimal tersebut akan dipisahkan dengan tanda titik dua (:). Karenanya, format notasi yang digunakan oleh IPv6 juga sering disebut dengan colon-hexadecimal format, berbeda dengan IPv4 yang menggunakan dotted-decimal format.

Berikut ini adalah contoh alamat IPv6 dalam bentuk bilangan biner:
0010000111011010000000001101001100000000000000000010111100111011000000101010101000000000

1111111111111110001010001001110001011010

Untuk menerjemahkannya ke dalam bentuk notasi colon-hexadecimal format, angka-angka biner di atas harus dibagi ke dalam 8 buah blok berukuran 16-bit:
0010000111011010 0000000011010011 0000000000000000 0010111100111011 0000001010101010

0000000011111111 1111111000101000 1001110001011010


Mengenal apa itu HTML (Hyper Text Markup Language)

A. Pengertian HTML 
HTMLbisa disebut bahasa yang digunakan untuk menampilkan dan mengelola hypertext. Hypertext dalam HTML berarti bahwa kita dapat menuju suatu tempat, misalnya website atau halaman homepage lain, dengan cara memilih link yang biasanya digarisbawahi atau diwakili oleh suatu gambar. Selain link ke website atau homepage halaman lain, hypertext ini juga mengizinkan kita untuk menuju ke salah satu bagian dalam satu teks itu sendiri.

HTML terdiri dari sejumlah perintah dimana kita bisa men-set judul, garis, table, gambar dan lain- lain yang disebut tag. Setiap tag masih dapat dilengkapi lagi oleh sejumlah attribute. Dibawah ini sebagian contoh tag dan attributenya:

<html>
<head>
<title>cuma nyoba aja</title>
</head>
<body bgcolor=”red”>
<font face=”arial black” color=”yellow” size=”5″ >Ngung Xi Yuk Choi</font>
</body>
</html>

B. Sejarah HTML

Konsep HTML diciptakan pertama kali oleh IBM pada tahun 1980 pada saat tercetus ide untuk meletakkan elemen-elemen yang menandai bagian suatu dokumen seperti judul, alamat dan isi dokumen. Lalu, pada akhirnya elemen-elemen itu menjadi suatu program untuk melakukan pemformatan dokumen secara otomatis.
Bahasa pemprograman untuk melakukan tugas tersebut disebut markup language, atau lebih lengkapnya IBM menamai program tersebut sebagai Generalized Markup Language (GML).
Konsep ini pada tahun 1986 disetujui oleh ISO (International Standard Organization) sebagai standar bagi pembuatan dokumen-dokumen dengan keluarnya ISO 8879. ISO menamai GML ini menjadi SGML (Standard Generalized Markup Language).

C. SGML ke HTML

HTML – yang juga menggunakan teknologi markup language – dulu merupakan salah satu bagian dari SGML ini. Seorang peneliti yang bernama Tim Berners-Lee dari CERN – yang kini menjadi direktur W3C (World Wide Web Consortium) mengemukakan suatu ide tentang pembuatan suatu skrip bahasa pemprograman dandokumen yang bisa diakses oleh seluruh komputer tanpa melihat jenis platform-nya apakah Windows, Unix, Linux dan sebagainya. Semenjak itu HTML lebih populer daripada SGML.

D. Perkembangan  HTML

Sebelum suatu HTML disahkan sebagai suatu dokumen HTML standar, ia harus disetujui dulu oleh W3C untuk dievaluasi secara ketat.

Setiap terjadi perkembangan suatu versi HTML, maka mau tak mau browser pun harus memperbaiki diri agar bisa mendukung kode-kode HTML yang baru tersebut. Sebab jika tidak, browser tak akan bisa menampilkan HTML tersebut.

E. Versi-versi HTML

1. HTML versi 1.0
Kemampuan yang dimiliki versi 1.0 ini antara lain heading, paragraph, hypertext, list, serta cetak tebal dan miring pada teks. Versi ini juga mendukung peletakan image pada dokumennya tanpa memperbolehkan meletakkan teks disekelilingnya (wrapping).

2. HTMl versi 2.0
Pada versi ini, penambahan kualitas HTML terletak pada kemampuannya untuk menampilkan suatu form pada dokumen. Dengan adanya form ini, maka kita dapat memasukkan nama, alamat, serta saran/kritik. HTML versi 2.0 ini merupakan pionir dari adanya homepage interaktif.

3. HTML versi 3.0
HTML versi 3.0 menambahkan beberapa fasilitas baru seperti table. Versi ini yang disebut juga sebagai HTML+ tidak bertahan lama dan segera digantikan HTML versi 3.2


4. HTML versi 4.0
HTML versi 4 ini merupakan HTML versi terakhir pada saat sumber ini diambil. HTML ini memuat banyak sekali perubahan dan revisi dari pendahulunya. Perubahan ini terjadi di hampir segala perintah-perintah HTML seperti table, image, link, text, meta, imagemaps, form, dan lain- lain.


Sumber : http://www.kamusilmiah.com



JANGAN LUPA LIKE MY FACEBOOK

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India